Papper
Kritik Seni Rupa
Disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Apresiasi dan Kritik Seni Rupa
Disusun
oleh :
Ade
Winata
2401412019
205
JURUSAN SENI RUPA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
PENDAHULUAN
Kritik Seni dalam dunia Seni Rupa sangat penting. Malalui
Kritik Seni, kita bisa melihat kelebihan dan kekurangan yang tampak dalam
sebuah karya seni. Terjadinya kritik disebabkan adanya ketidak sesuaian,
penyimpangan ataupun lepasnya batas-batas normatif dalam pandangan obyektif
pelaku kritik. Tentu pandangan masing-masing pelaku kritik didasari dari latar
belakang ilmu pengetahuan dan pengalamannya secara menyeluruh.
Artinya
kritik pun bisa bermakna subyektif bisa pula bermakna obyektif. namun nilai kritik
akan sangat bisa diterima, tentunya, jika sudah melalui seleksi mayoritas atas
pandangan yang obyektif.
Situasi
kondisi dalam hal ini sangat mudah kita saksikan, baik itu di wilayah publik,
maupun dalam wilayah-wilayah yang lebih kecil. Misalnya lingkungan sekitar.
Atau bisa juga dalam sebuah komunitas tertentu. Prilaku kritik mengkritik
sangat mudah dijumpai di mana saja dalam konteks sesuai dengan wilayah
masing-masing.
Mengkritik
sebaiknya dibarengi dengan semangat untuk menciptakan kondisi yang lebih baik
dari sebelumnya bukan sebaliknya. Jadi jikapun terjadi sebaliknya, berarti ada
yang konslet dari proses kritik mengkritik itu. Dan disitulah yang musti
dibenahi.
Dalam
kehidupan sosial secara umum, kritik mengkritik kerap terjadi. saya yakin dengan
menjaga prinsip-prinsip saling menghormati, realistis dan menggunakan teknik
komunikasi yang cerdas, maka kritik akan menjadi perbuatan yang menyenangkan.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kritik Seni
Kritik
seni merupakan kegiatan menanggapi karya seni untuk menunjukkan kelebihan dan
kekurangan suatu karya seni. Keterangan mengenai kelebihan dan kekurangan ini
dipergunakan dalam berbagai aspek, terutama sebagai bahan untuk menunjukkan
kualitas dari sebuah karya.
Para
ahli seni umumnya beranggapan bahwa kegiatan kritik dimulai dari kebutuhan
untuk memahami kemudian beranjak kepada kebutuhan memperoleh kesenangan dari
kegiatan memperbincangkan berbagai hal yang berkaitan dengan karya seni
tersebut.
Sejalan
dengan perkembangan pemikiran dan kebutuhan masyarakat terhadap dunia seni,
kegiatan kritik kemudian berkembang memenuhi berbagai fungsi sosial lainnya.
Kritik karya seni tidak hanya meningkatkan kualitas pemahaman dan apresiasi
terhadap sebuah karya seni, tetapi dipergunakan juga sebagai standar untuk
meningkatkan kualitas proses dan hasil berkarya seni.
Tanggapan
dan penilaian yang disampaikan oleh seorang kritikus ternama sangat
mempengaruhi persepsi penikmat terhadap kualitas sebuah karya seni bahkan dapat
mempengaruhi penilaian ekonomis (price) dari karya seni tersebut.
B. Ruang Lingkup
Kritik seni kecuali berobjek pada
karya seni bisa juga berobjek pada tulisan tentang karya seni dan seninya
sendiri, kritikus dapat membuat penilaian, mempertimbangkan atau penghakiman
harus didasari pada kriteria atau tolak ukur tertentu. Dalam kriteria yang
intrinsik, yaitu kriteria yang berhubungan dengan nilai estetik karya seni rupa
yang inheren pada sasaran (objek) kritik, kriterianya telah melekat pada intraestetik yang terkandung di dalam
karya seni. Akan tetapi tidak semua karya seni bersifat otonomi kedudukannya
dalam kehidupan manusia, karena tidak semata-mata “seni untuk seni” maka
disamping kriteria intrinsik ada pula kriteria ekstrinsik atau ekstraintrinsik
yang mengacu pada bidang kehidupan di luar seni, antara lain bidang agama,
politik, bisnis, etika, kesehatan, pendidikan, dan lain sebagainya.
Semula kritik seni dibangun dari
konsep filsafat metafisis, dari sisni timbul bermacam-macam kritik yang
bersifat dogmatis. Akan tetapi belakangan ini tampaknya pendekatan secara
empiris lebih diterima dan dipraktikkan secara luas. Pendekatan yang terakhir
memandang karya seni sebagai basis pengajuan hipotesis dalam menafsirkan nilai
seni. Konsep yang menempatkan pentingnya unsur pembuktian dalam proses
penelitian nilai seni sangat diutamakan oleh kritikus. Namun demikian
keberadaan seni masih diperdebatkan. Ada yang berpendirian bahwa kritik
seharusnya merupakan aktivitas evaluasi, karya seni adalah objek atau sasaran
pengalaman estetik, kritik tidak perlu sampai pada kesimpulan nilai penghakiman
karena dengan deskripsi atau pembahasan yang lengkap sudah mencukupi untuk
menangkap makna estetis (Dewey, 1971).
Pendirian lain menganggap kritik
sebagai usaha pemahaman dan penikmatan karya seni. Kritik sebagai kajian atau
penelitian secara rinci dan apresiatif dengan analisis yang logis dan
argumentatif untuk menafsirkan karya seni sebagai aktivitas evaluasi kritik
harus sampai pada pernyataan nilai baik, ahkan samapai pada penentuan kedudukan
karya seni dalam konteks karya yang sejenis (Feldman, 1981).
Sementara dikatakan pula bahwa
aktivitas kritik sebagai seni tersendiri artinya seorang kritikus juga seorang
seniman, kritikus adalah seorang individu kreatif yang mengungkapkan makna
seni. Maka dari itu dalam kritik seni ada tiga ansumsi penting, bahwa dalam
kritik sebagai apresiasi seni, kritik sebagai aktivitas penghakiman, kritik
sebgai seni tersendiri. Meskipun prinsip kritik seni biasanya kurang terpuji
akan tetapi menurut kenyataannya orang membutuhkan prinsip dasar untuk
memperkuat dan memperkokoh penilaian seni sampai pada kesimpulan penilaian yang
baik, lebih baik, dan yang terbaik.
kiranya telah disadari sejak awal
bahwa kritik seni adalah memahami dan menikmati karya seni, maka kritikus akan
mendasarkan kritiknya terpusat pada objek atau sasaran kritik yakni karya seni
itu sendiri. Sementara faktor lain yaitu faktor eksternal seperti bakat seni,
reputasi biografis, kontekssosial budaya, dan faktor-faktor lain di luar karya
seni itu dipakai sebagai material yang harus dikonfirmasikan atau disesuaikan
dengan hasil pengamatan terhadap karya seni.
C.
Jenis Kritik Seni
Kritik
karya seni memiliki perbedaan tujuan dan kualitas. Karena perbedaan tersebut,
maka dijumpai beberapa jenis karya seni seperti yang disampaikan oleh Feldman
(1967) yaitu kritik populer (popular criticism), kritik jurnalis (journalistic
criticism), kritik keilmuan (scholarly criticism). dan kritik
pendidikan (pedagogical criticism).
Pemahaman
terhadap keempat tipe kritik seni dapat mengantar nalar kita untuk menentukan
pola pikir dalam melakukan kritik seni. Setiap tipe mempunyai ciri (kriteria),
media (alat : bahasa), cara (metode), sudut pandang, sasaran, dan materi yang
tidak sama. Keempat kritik tersebut memiliki fungsi yang menekankan pada
masing-masing keperluannya.
1. Kritik
Populer
Kritik populer adalah jenis kritik seni yang ditujukan
untuk konsumsi massa/umum. Tanggapan yang disampaikan melalui kritik jenis ini
biasanya bersifat umum saja lebih kepada pengenalan atau publikasi sebuah
karya. Dalam tulisan kritik populer, umumnya dipergunakan gaya bahasa dan
istilah-istilah sederhana yang mudah dipahami oleh orang awam.
2. Kritik
Jurnalis
Kritik jurnalis adalah jenis kritik seni yang hasil
tanggapan atau penilaiannya disampaikan secara terbuka kepada publik melaui
media massa khususnya surat kabar. Kritk ini hampir sama dengan kritik populer,
tetapi ulasannya lebih dalam dan tajam. Kritik jurnalistik sangat cepat
mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kualitas dari sebuah karya seni,
tertama karena sifat dari media massa dalam mengkomunikasikan hasil
tanggapannya
3. Kritik
Keilmuan
Kritik keilmuan merupakan jenis kritik yang bersifat
akademis dengan wawasan pengetahuan, kemampuan dan kepekaan yang tinggi untuk
menilai /menanggapi sebuah karya seni. Kritik jenis ini umumnya disampaikan
oleh seorang kritikus yang sudah teruji kepakarannya dalam bidang seni, atau
kegiatan kritik yang disampaikan mengikuti kaidah-kaidah atau metodologi kritik
secara akademis. Hasil tanggapan melalui kritik keilmuan seringkali dijadikan
referansi bagi para kolektor atau kurator institusi seni seperti museum, galeri
dan balai lelang.
4. Kritik
Kependidikan
Kritik kependidikan merupakan kegiatan kritik yang
bertujuan mengangkat atau meningkatkan kepekaan artistik serta estetika subjek
belajar seni. Jenis kritik ini umumnya digunakan di lembaga-lembaga pendidikan
seni terutama untuk meningkatkan kualitas karya seni yang dihasilkan peserta
didiknya. Kritik jenis ini termasuk yang digunakan oleh guru di sekolah umum
dalam penyelenggaraan mata pelajaran pendidikan seni
Selain jenis kritik yang disampaikan oleh Feldman,
berdasarkan titik tolak atau landasan yang digunakan, dikenal pula beberapa
bentuk kritik yaitu: kritik formalistik, kritik ekspresivistik dan
instrumentalistik :
1.
Kritik Formalistik
Melalui pendekatan formalistik, kajian kritik terutama
ditujukan terhadap karya seni sebagai konfigurasi aspek-aspek formalnya atau
berkaitan dengan unsur-unsur pembentukannya. Pada sebuah karya lukisan, maka
sasaran kritik lebih tertuju kepada kualitas penyusunan (komposisi) unsur-unsur
visual seperti warna, garis, tekstur, dan sebagainya yang terdapat dalam karya
tersebut. Kritik formalistik berkaitan juga dengan kualitas teknik dan bahan
yang digunakan dalam berkarya seni.
2.
Kritik Ekspresivistik
Melalui pendekatan ekspresivistik dalam kritik seni,
kritikus cenderung menilai dan menanggapi kualitas gagasan dan perasaan yang
ingin dikomunikasikan oleh seniman melalui sebuah karya seni. Kegiatan kritik
ini umumnya menanggapi kesesuaian atau keterkaitan antara judul, tema, isi dan
visualisasi objek-objek yang ditampilkan dalam sebuah karya.
3.
Kritik Instrumentalistik
Melalui pendekatan instrumentalistik sebuah karya seni
cenderung dikritisi berdasarkan kemampuananya dalam upaya mencapai tujuan,
moral, religius, politik atau psikologi. Pendekatan kritik ini tidak terlalu
mempersoalkan kualitas formal dari sebuah karya seni tetapi lebih melihat aspek
konteksnya baik saat ini maupun masa lalu. Lukisan berjudul ”Penangkapan
Pangeran Diponegoro” karya Raden Saleh misalnya, dikritisi tidak saja
berdasarkan kualitas teknis (formal) nya saja tetapi keterkaitan antara objek,
isi, tema dan tujuan serta pesan moral yang ingin disampaikan pelukisnya atau
interpretasi pengamatnya terhadap konteks ketika karya tersebut dihadirkan.
SIMPULAN
Kritik
seni merupakan kegiatan menanggapi karya seni untuk mempertumbuhkan kelebihan
dan kekurangan suatu karya seni. Kegiatan kritik berawal dari kebutuhan untuk
memahami kemudian beranjak kepada kebutuhan memperoleh kesenangan dari kegiatan
berbincang-bincang tentang karya seni.
Kritik seni kecuali berobjek pada
karya seni bisa juga berobjek pada tulisan tentang karya seni dan seninya
sendiri, kritikus dapat membuat penilaian, mempertimbangkan atau penghakiman
harus didasari pada kriteria atau tolak ukur tertentu. Dalam kriteria yang
intrinsik, yaitu kriteria yang berhubungan dengan nilai estetik karya seni rupa
yang inheren pada sasaran (objek) kritik, kriterianya telah melekat pada intraestetik yang terkandung di dalam
karya seni. Akan tetapi tidak semua karya seni bersifat otonomi kedudukannya
dalam kehidupan manusia, karena tidak semata-mata “seni untuk seni” maka
disamping kriteria intrinsik ada pula kriteria ekstrinsik atau ekstraintrinsik
yang mengacu pada bidang kehidupan di luar seni, antara lain bidang agama,
politik, bisnis, etika, kesehatan, pendidikan, dan lain sebagainya.
Menurut
Feldman (1967) terdapat 4 (empat) jenis kritik seni, yaitu kritik jurnalistik
(journalistic criticism), kritik populer (popular criticism), kritik pedagogik
(pedagogical criticism), dan kritik akademik (scholarly criticism). Pemahaman
terhadap keempat tipe kritik seni dapat mengantar nalar kita untuk menentukan
pola pikir dalam melakukan kritik seni. Setiap tipe mempunyai ciri (kriteria),
media (alat : bahasa), cara (metode), pola berpikir, sasaran, dan materi yang
tidak sama. Berdasarkan titik tolak atau landasan yang digunakan, dikenal
beberapa bentuk kritik sebagai berikut : (1). Kritik Formalistik, kajian kritik
terhadap karya seni sebagai konfigurasi aspek-aspek formalnya atau berkaitan
dengan unsur-unsur pembentukannya. (2). Kritik Espresivistik, menilai dan
menanggapi gagasan dan perasaan yang ingin dikomunikasikan oleh seniman dalam
sebuah karya seni. (3). Kritik Instrumentalistik, sebuah karya seni dilihat
kemampuananya dalam upaya mencapai tujuan, moral, religius, politik atau
psikologi .
DAFTAR PUSTAKA
Bangun, C.S. (2001). Kritik Seni Rupa. Bandung: Penerbit ITB.
Bastomi,
Suwaji. 2012. Estetika Kriya Kontemporer
dan Kritiknya. Semarang
Sahman,
Humar, Mengenali Dunia Seni Rupa, Tentang Seni, Karya Seni, Aktivitas
Kreatif, Apresiasi, Kritik dan Estetika, IKIP Semarang Press, Semarang,
1993
Assalamkum , Ijin Shere, Syukur-syukur Berguna Kami Produsen & Supplier Furniture Mungkin Bisa Di Add PIN saya Buat Silatuhrahmi, Atau Nambah-nambah Relasi Dengan Kami.
BalasHapusPin: 29B6FE54
Call Us : 082-220-960-468.
Email: fauzulghufron@gmail.com
web:www.galeryfurniturejepara.com
web: www.indomebeljati.com,
Addres: JL. Jepara -Kudus, Desa Tahunan, Kec Tahunan, Kab Jepara, Jawa Tengah, Indonesia , Pos:59451, Dengan Senag Hati Menjalin Silatuhrahmi dengan anda Amin , Semoga Bermanfaat